BudayaPemerintahan

Luput Perhatian Pemerintah, Bangunan Bersejarah di Bandung Barat Nyaris Ambruk

Keberpihakan Anggaran Jadi Pemicu

BANDUNG BARAT, SILOKANEWS.COM,- Upaya mempertahankan bangunan bersejarah bekas markas pejuang revolusi yang kini ambruk di Blok Sukamaju RT 04 RW 13 Desa Batujajar Barat, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat luput dari perhatian pemerintah daerah.

Diketahui, Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Barat tidak mengalokasikan biaya untuk merawat atau revitalisasi bangunan-bangunan tua yang bernilai sejarah di wilayahnya.

Pamong Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bandung Barat, Asep Diki mengatakan, untuk tahun ini anggaran revitalisasi bangunan herritage belum bisa dialokasikan karena efisiensi.

“Untuk melakukan revitalisasi memang belum bisa. Karena kami keterbatasan anggaran,”ungkap Asep saat dikonfirmasi, Senin, 13 Oktober 2025.

Meski demikian, Pemkab Bandung Barat sudah mencatat bangunan tua itu sebagai Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) karena diduga memenuhi kriteria untuk ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya.

“Tim Pendaftaran Cagar Budaya (TPCB) sudah melakukan survei ke lokasi. Dan memang betul bangunan itu sudah kami catat sebagai ODCB sebelum selanjutnya disahkan statusnya menjadi bangunan cagar budaya,” paparnya.

Dari hasil survei sementra, bangunan tua itu merupakan bangunan bersejarah tempat di mana laskar pejuang revolusi berkumpul dan menyusun strategi melawan kolonial pasca kemerdekaan.

Sejauh ini, petugas dari TACB baru mendapatkan informasi dari saksi sejarah yakni keturunan tokoh terkait pejuang di era revolusi di tempat itu.

Secara struktur, bangunan bekas markas pejuang revolusi itu memenuhi kriteria untuk ditetapkan sebagai cagar budaya karena gaya arsitektur kolonial.

“Sampai sekarang kami masih terbatas sumber literatur. Penetapan ODCB sendiri didasarkan pada bentuk bangunan dan kajian struktur. Soal kisah perjuangan di rumah itu, kami masih perlu kajian lanjutan sebutnya,” sebutnya.

Bangunan diduga markas pejuang revolusi itu kini dihuni oleh keluarga dari keturunan pemilik rumah bergaya kolonial, Dona M Ramdhan (42).

Dona tinggal sehari-hari di dalam rumah di bagian ruang yang masih aman bersama istri dan anaknya.

“Saya tidur di ruangan yang dirasa masih aman. Kalau ruang tengah atapnya sudah ambruk sekitar tiga bulan lalu,” kata Dona.

Dona menjelaskan, Rumah tersebut merupakan bangunan tua yang diwariskan turun-temurun dari leluhur Dona. Ia menyebut dirinya merupakan generasi keempat yang menempati rumah peninggalan sejak tahun 1850.

“Uyut saya sudah menempati bangunan ini sejak tahun 1850. Uyut dulunya memang dikenal sebagai orang yang berpengaruh. Rumah ini dijadikan tempat perkumpulan bersama murid-muridnya,”ujarnya.

Dona menuturkan, rumah itu bukan sekadar tempat tinggal, tetapi juga saksi sejarah perjuangan kemerdekaan.

Pada masa revolusi fisik pasca 1945, bangunan tersebut menjadi markas laskar pejuang yang menghimpun para pemuda dari Batujajar dan sekitarnya.

“Kakek kebetulan pejuang. Tempat ini menjadi saksi bisu markas laskar perjuangan di era revolusi fisik pasca kemerdekaan 1945,”katanya.

Kini, kondisi bangunan terlihat rapuh. Dinding kusen kayu mulai lapuk, sebagian genteng hilang, dan tiang penyangga bambu menopang atap agar tidak kembali runtuh. Dona mengaku keluarganya khawatir akan keselamatan, tapi tidak punya pilihan lain.

“Bagi kami keluarga tentu ada kekhawatiran jika suatu saat ada peristiwa runtuh lagi, karena sebagian ruangan lain sudah mulai terlihat rapuh,”tuturnya.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button