BudayaPemerintahanPendidikanSosial Politik

Transformasi Pengelolaan Sampah, DPRD KBB Kunjungi Desa Panglipuran, Desa Terbersih UNESCO

Tiru 'Gertak Eco-Enzyme Bangli Bisa' dan Pengelolaan Sampah Teba Modern

BALI, SILOKANEWS.COM,-Dalam upaya mencari solusi inovatif untuk mengatasi persoalan sampah dan kerusakan lingkungan, Komisi III DPRD Kabupaten Bandung Barat (KBB) melakukan kunjungan kerja ke Desa Panglipuran, Kecamatan/Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.

Desa Panglipuran merupakan salah satu desa wisata yang ditetapkan UNESCO sebagai desa terbersih ketiga di dunia. Tak hanya itu, Desa Panglipuran juga pernah mendapat penghargaan Kalpataru, Indonesia Sustainable Tourism Award dan Top 100 Sustainable Destination.

Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bandung Barat (KBB), Asep Dedi mengatakan kunjungan kerja diawali berdiskusi dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bangli untuk mendengar, mempelajari penerapan dua gerakan lingkungan unggulan yakni gerakan Eco-Enzyme untuk pemulihan danau dan pengelolaan sampah berbasis sumber melalui Teba Modern.

Kunjungan ini difokuskan pada studi lapangan dan diskusi langsung dengan para pelaksana program untuk mendapatkan insight yang aplikatif.

“Dua gerakan ini sukses diimplementasikan di Desa Panglipuran, hingga desa ini dinobatkan UNESCO sebagai salah satu desa terbersih ketiga di dunia,”terang Asep Dedi saat dihubungi, Jumat 31 Oktober 2025.

Eco-Enzyme: Cairan Ajaib Penyelamat Danau Batur

Di Danau Batur, lanjut Asep Dedi, danau terbesar di Bali yang memiliki nilai strategis secara ekologi dan budaya, DPRD KBB melaksanakan studi lapangan secara langsung berkaitan implementasi ‘Gertak Eco-Enzyme Bangli Bisa‘. Eco-enzyme adalah cairan serba guna hasil fermentasi limbah dapur organik (ampas buah/sayuran), gula, dan air selama 90 hari.

“Gerakan ini sangat massif dan terstruktur. Seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN), BUMD, sekolah, hingga komunitas terlibat dalam produksi dan penuangan eco-enzyme ke Danau Batur, dengan target puluhan ton. Cairan ini berfungsi sebagai pembersih alami, pupuk, dan yang utama, memulihkan kualitas air,” papar Kang Asep Dedi.

Asep Dedi mengaku terkesan terkesan dengan pendekatan yang tidak hanya membersihkan danau, tetapi juga membangun kesadaran kolektif masyarakat untuk mengelola sampah organik rumah tangga.

Teba Modern: Solusi Mandiri Kelola Sampah di Panglipuran

Lokasi kedua yang dikunjungi adalah Desa Panglipuran, yang terkenal dengan kebersihan dan tata kelola sampahnya yang luar biasa. Di sini, rombongan mempelajari konsep ‘Teba Modern’, sebuah lubang kompos yang dimodifikasi untuk mengelola sampah organik secara mandiri di setiap instansi pemerintah (OPD) dan juga di setiap rumah-rumah warga masyarakat.

“Setiap OPD dan rumah-rumah di Bangli sudah memiliki sistem Teba Modern. Sampah organik dari kantor dan rumah-rumah dikumpulkan lalu dikomposkan dalam lubang ini minimal selama satu tahun. Hasil komposnya kemudian dimanfaatkan untuk penghijauan,” jelas Kang Asep Dedi.

Sistem ini dilengkapi dengan pemilahan sampah yang ketat (organik, anorganik, residu) dan integrasi dengan Bank Sampah untuk menangani sampah anorganik, sehingga drastically mengurangi sampah yang dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

Selain itu, bagi setiap intansi ataupun rumah-rumah yang tidak melaksanakan peraturan tersebut, maka ia akan dikenakan denda retribusi dua kalilipat dari biasanya. Hal itu diharapkan semua pihak dapat terbangun kesadarannya guna terhindar dari kerusakan lingkungan.

Komitmen Implementasi di Bandung Barat

Melihat kesuksesan dua model ini, Kang Asep Dedi menyatakan komitmennya untuk mendorong implementasi serupa di Kabupaten Bandung Barat.

“Kita punya tantangan besar dengan sungai-sungai seperti Citarum dan Waduk Saguling yang tercemar limbah. Konsep eco-enzyme sangat potensial untuk rehabilitasi air. Sementara Teba Modern bisa menjadi solusi pengelolaan sampah di kantor-kantor pemerintah dan sekolah, mengurangi ketergantungan pada TPA, ” ujarnya.

Rekomendasi konkret yang akan diajukan antara lain:

1.     Penerbitan Peraturan Bupati tentang pengelolaan sampah berbasis sumber.

2.     Pembangunan Teba Modern atau modifikasi menggunakan biopori dan komposter di lingkungan OPD.

3.     Sosialisasi dan pelatihan massal pembuatan eco-enzyme untuk masyarakat.

4.     Memperkuat kolaborasi dengan Bank Sampah yang sudah ada.

Asded  sapaan akrab Asep Dedi berharap, dari kunjungan kerja ini diharapkan menjadi titik awal transformasi pengelolaan lingkungan dan sampah di Bandung Barat, mengadopsi kearifan dari Bali yang telah terbukti sukses, untuk mewujudkan Bandung Barat yang lebih bersih, hijau, dan berkelanjutan.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button