Dedi Mulyadi Usulkan Kabupaten Bandung Barat Ganti Nama
Branding Daerah Sulit Terangkat
BANDUNG BARAT, SILOKANEWS.COM,- Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengusulkan nama Kabupaten Bandung Barat (KBB) diubah tanpa memakai embel-embel Bandung.
Dedi menilai, nama Bandung Barat tidak memiliki nilai yang mandiri sehingga sulit lepas dari stigma Kota Bandung maupun Kabupaten Bandung.
Di hadapan 50 anggota DPRD, pasangan kepala daerah Jeje Ritchie Ismail dan Asep Ismail Dedi mengungkapkan sulitnya mendorong Kabupaten Bandung Barat untuk bisa menonjol lantaran masih melekat nama Bandung.
“Ini memang kalimat ‘Bandung Barat’ jika dilihat dari kacamata branding, agak susah membrandingnya. Disebut Bandung Barat yang terbayang selalu Bandung,” ujar Dedi saat pidato pada Rapat Paripurna hari jadi Kabupaten Bandung Barat (KBB) ke-18 pada Kamis (19/6/2025).
Padahal daerah dengan 165 desa atau 16 kecamatan ini memiliki segudang nilai budaya dan sejarah yang kuat dengan toponimi desa-desanya seeperti Mandalawangi, Padalarang, atau Lembang.
“Hanya jika memakai nama Mandalawangi, orang Padalarang gak terima, kalau pakai nama Padalarang, orang Lembang gak terima. Akhirnya pakai nama Bandung Barat,” kata Dedi.
Nama Bandung Barat sendiri memiliki dua kata yang menggabungkan nama tempat dan arah mata angin yang mana jika digabungkan hanya menunjukkan suatu wilayah Bandung yang berada di sebelah Barat.
Padahal arah mata angin hanyalah perspektif yang bisa saja berbeda jika dilihat dari sisi yang berbeda. Begitupun kata Barat hanyalah perspektif bagi daerah yang berada di sebelah timurnya.
“Kata siapa Bandung Barat? Kata orang Bukanagara, Subang. Tapi bagi orang Cianjur bisa jadi Bandung Timur. Bagi orang Purwakarta, Bandung Selatan. Jadi sulit untuk mengidentifikasi wilayah,” sebut Dedi.
“Biarlah kalau sudah begini namanya. Tapi kalau ada niat untuk membranding, merubah namanya, saya siap membantu agar ada wibawa atau kharismanya,” tambah Dedi.
Sebelum jauh merunah nama, yang terpenting memahami karakteristik wilayah di masing-masing daerah di Bandung Barat untuk membangun namanya.
Menurut Dedi, Bandung Barat memiliki kultur masyarakat urban yang cenderung sama dengan masyarakat Kota Bandung.
“Sebagian wilayah memiliki kecenderungan kultur yang sama dengan sebagian Cianjur dan Purwakarta. Mereka suka dengan kultur (budaya sunda) leluhur,” tutur Dedi.
Dengan memahami karakteristik di wilayah-wilayah ini, maka harus jeli dalam memetakan ulang tata ruang dan tata kota dengan pendekatan ekologi dan budaya leluhur.
“Gunung kudu awian, lengkob kudu balongan, lebak kudu sawahan. (Gunung harus tumbuh pohon, cekungan harus berkolam, lembah harus jadi ladang sawah). Maksudnya, jika ingin membereskan wilayah Bandung Barat harus dikembalikan ke asalnya,” ucap Dedi.
Kaeakteristik yang berhasil dipahami nantinya akan menjadi kekuatan identitas yang mandiri sebagai bekal untuk branding menjadi wilayah dengan nama yang baru.